Selasa, 03 Januari 2012

Kapan Petani Sejahtera


Rabu, 05 Oktober 2011

LHOKSEUMAWE (04/10) – Mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhoksemawe mengadakan diskusi rutin di Kampus Bukit Indah Lhokseumawe. Tujuannya merubah pola pikir mahasiswa terhadap berbagai perkembagan yang dihadapi Aceh saat ini khususnya dan Indonesia pada umumnya.


Diskusi yang digelar hari ini, selasa (04/10) berlangsung di Ruang 12 FISIP, mengangkat tema "Petani dan Politik". Rencananya diikuti mahasiswa dari beberapa Fakultas seperti Fisip, Ekonomi, Pertanian, Teknik dan Hukum namun tadi hanya di ikuti oleh Fakultas Fisip dan Ekonomi saja. Taufik Abdullah Dosen Ilmu Politik Fisip Unimal diminta untuk memandu dan membahani diskusi tersebut.

Dalam diskusi tadi Taufik Abdullah menilai  kebijakan Pemerintah belum membuat petani sejahtera. Ada banyak kendala dihadapi petani seperti kurang efektifnya penyuluhan pertanian, informasi pertanian dan  pengaturan debit air, sehingga seringkali gagal panen atau panen tidak memuaskan. Irigasi banyak yang rusak. Setelah masa tanam datang kemarau maka irigasi yang ada tidak cukup menyimpan debit air kata taufik.

Namun jika hujan berlangsung lama dipastikan banyak sawah terkenang sebagai faktor yang seringkali menyebabkan gagal panen. Banyak aliran sawah (lueng) tidak mendapat perawatan dengan baik. Disisi lain petani tergantung pada suplai air dari irigasi non-teknis dan tadah hujan. Keadaan ini sebagai tanda Pemerintah belum serius mengurus pertanian sehingga kehidupan petani tidak berubah. Masyarakat yang mengandalkan hidupnya  90% dari sektor pertanian nyatanya masih memprihatinkan.

Taufik juga mengemukakan masyarakat memandang petani dalam konteks bercocok tanam di sawah saja, padahal yang berkerja di sektor perladangan, perkebunan, perikanan dan peternakan disebut juga sebagai petani. Jadi, tidak hanya yang mengolah lahan sawah disebut petani. Karena itu, bicara nasib petani konteksnya luas dan perlu perhatian khusus untuk mereka. Nasib para petani kita belum sejahtera kata taufik.

Sebab itu, masalah pertanian adalah masalah politik. Artinya pemimpin sebagai pengemban amanah rakyat tidak boleh menafikan kehidupan pertanian. Pemerintah melalui kebijakannya mesti memikirkan bagaimana upaya mensejahterakan petani. Pemerintah bukan saja membangun infrastruktur pertanian tetapi juga perlu membuat kebijakan untuk mengatur kegiatan pertanian seperti tehnologi pertanian dan pengelolaan yang efektif serta pemasaran hasil petanian.

Beberapa hal lain adalah penyediaan bibit, penyuluhan, pengolahan lahan, perawatan yang cukup, sampai masa panen perlu didorong oleh pemerintah agar mereka bersungguh-sungguh dalam bertani. Selain itu, petani tidak sejahtera seringkali tidak memposisikan pekerjaannya sebagai sumber mata pencaharian yang menjanjikan. Disamping itu, petani tidak sejahtera karena saat tiba panen (massa produksi) seringkali harga jual tidak menguntungkan,  tetapi yang diuntungkan pemilik modal, tengkulak dan toke (mugee), ujarnya.

Pasca konflik dan berlangsungnya perdamaian pemerintah dinilai belum serius mentransformasikan bidang pertanian sebagai kekuatan utama pembangunan dan mensejahterakan masyarakat dibidang pertanian. Ironisnya  pemerintah kita baca di media terpaksa mengimpor beras dari negara tetangga untuk kebutuhan dalam negeri. Kita di Aceh lahan pertanian tersedia luas. Bahkan ada yang terlantar.  Ini pertanda pemerintah tidak serius mengurus pertanian.

Taufik mengatakan pula bahwa produksi pertanian khususnya tanaman padi hanya cukup bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kapan petani sejahtera jika mengandalkan dari penghasilan padi ? Faktanya  tidak sedikit masyarakat kita jadi petani pengarab. Dikampung-kampung itu masyarakat seringkali jual sawah atau mengadaikan sawah untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Lalu sawah berpindah tangan kepada orang-orang berduit dan akhirnya jadi petani pengarab, ujar taufik.

Dari tahun ke tahun menurut taufik sawah yang ada juga semakin berkurang. Pemerintah tidak berusaha membuka lahan baru tapi lahan yang ada  banyak kita saksikan dibangun  gedung, kantor pemerintah, pertokoan dan rumah. Usaha-usaha untuk menyelamatkan sawah yang ada juga tidak ada dari pemerintah. Ada juga sawah dijadikan tambak untuk memelihara ikan sehingga sawah semakin hari jadi semakin berkurang karena inovasi yang ada pada masyarakat tidak pernah dikontrol oleh pemerintah, tambahnya.

Harapannya untuk kedepan, pemerintah dapat mensejahterakan petani  melalui program-program lebih fokus, meningkatkan inovasi dibidang pertanian, membuka lahan baru untuk rakyat, transmigrasi lokal, meningkatkan daya juang, produksi dan mengawal harga jual  agar petani diuntungkan. Meningkatkan kapasitas penyuluhan, memberdayakan keujruen blang (tradisi), mampu mengawasi dan memberikan bimbingan yang cukup kepada petani, sehingga hasil panen yang didapatkan petani memuaskan.

Paling penting pemerintah mampu menetapkan harga jual yang menguntungkan petani. Bahkan memikirkan pasar yang lebih luas terhadap hasil produksi  sektor perkebunan, peternakan dan perikanan.  Dengan demikian semangat bekerja dan inovasi akan dapat ditingkatkan. Diakhir diskusi taufik menengaskan pembangunan di bidang pertanian saat ini belum mampu meningkatkan harkat dan martabat petani. Pemerintah diminta lebih serius memperhatikan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat  dibidang pertanian (saf).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar