Sabtu, 31 Desember 2011

Nasionalisme Perlu Diikat dengan Semangat MoU Helsinki

Pase - 3 June 2011 | 
Lhokseumawe | Harian Aceh - Kepala Laboratorium Ilmu Politik Fisip Unimal Taufik Abdullah mengatakan reaktualisasi nasionalisme pemuda Aceh kontemporer mesti diikat dengan semangat MoU Helsinki, yaitu nasionalisme damai untuk memartabatkan Aceh dan Indonesia.

Ini harganya sangat mahal. Sepertinya, kesadaran ini tenggelam di tengah badai pragmatisme dan hidonisme yang mengerogoti berbagai aspek kehidupan anak bangsa, kata Taufik Abdullah di Lhokseumawe, Jumat (3/6).

Menurut Taufik, isme itu penting bagi setiap bangsa agar generasi di dalamnya mengenal diri, bersatu padu, mengembangkan kemampuan dan potensinya agar berdaya saing. Isme itu bukan paranoid dan taksub (egoisme, kebencian dan permusuhan), tapi kesadaran untuk membangun bangsa ini lebih baik tanpa melupakan sejarah dan akar peradabannya.

Transformasi politik keacehan dalam konteks sekarang semestinya harus dikembangkan ke arah tersebut. Karena kesadaran elit dan khususnya pemuda Aceh terasa mengalami disorientasi. Kepeloporan pemuda Aceh ke depan harus mampu menerjemahkan MoU Helsinki agar perdamaian Aceh lebih sempurna,katanya.

Untuk itu, Taufik menekankan agar kepeloporan pemuda perlu ditumbuh kembangkan sehingga mereka sadar dan mampu memformulasikan isme-nya lebih proggresif dan subtantif. Artikulasi peran pemuda Aceh, kata dia, masih ditunggu dan dibutuhkan. Implementasi UUPA sesuai MoU Helsinki belum berjalan sebagaimana mestinya, baik yang menjadi kewenangan Pemerintah Indonesia maupun yang menjadi kewenangan Pemerintah Aceh. Ini kan belum berjalan, kata Taufik.

Ia menegaskan, ketika isme lentur di kalangan generasi muda, maka demoralisasi moral dan karakter sebuah bangsa juga mengalami krisis akut. Kita mesti sadar, isme Aceh dalam konteks politik kontemporer baru saja dimulai. Dan, untuk itu perlu ditumbukembangkan agar pengalaman pahit masa lalu tidak berulang kembali. Mou Helsinki dan UUPA adalah isme baru antara Aceh dan Indonesia. Maka bagaimana membangun adonan nasionalisme itu lebih nyata, dalam ide dan praktek, katanya.

Karena itu, lanjut Taufik, ke depan bagaimana kesadaran atau isme itu dibangun dengan tanpa pura-pura, sehingga identitas dan integritas politik, damai dan menyeluruh, selamat dan bermartabat bagi Aceh dan Indonesia dapat terwujud. Tanpa kepeloporan, katanya, pemuda bagai mimpi harapan tersebut dicapai.(nsy)

Sumber :
http://harian-aceh.com/2011/06/03/nasionalisme-perlu-diikat-dengan-semangat-mou-helsinki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar