Senin, 02 Januari 2012

Anthony Reid: Aceh Menjadi Wilayah Terbuka


BERITA UTAMA 

Serambi Indonesia
Sabtu, 24 Februari, 2007

LHOKSEUMAWE: Peneliti masalah Aceh, Prof DR Anthony Reid menyebutkan, akibat bencana tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 membuat Aceh menjadi wilayah terbuka dan banyak dikunjungi orang.

Hal tersebut diungkapkan Reid saat berbicara di depan civitas akademika Universitas Malikussaleh, Kamis (22/2). Kegiatan itu digelar oleh pusat penelitian sosial dan politik yang diketuai Iskandar Zulkarnain serta lembaga penelitian Unimal yang diketuai Apridar. Hadir pada acara itu, Rektor Unimal, A Hadi Arifin, pembantu rektor dan dekan dalam lingkup Unimal.

Anthony Reid yang juga Direktur Asia Research Institute (ARI) National University of Singapore, termasuk seorang peneliti yang mendalami sejarah Aceh. Banyak buku sudah diterbitkannya dan menjadi referensi bagi para peneliti ilmu sosial.

Dalam pertemuan sekitar satu jam, Reid lebih banyak menceritakan tentang kejayaan Aceh di masa kesultanan. Ratusan tahun lalu, Aceh sudah menjalin kerjasama dengan beberapa negara timur tengah diantaranya Turki. Hubungan itu terjalin antara tahun 1520-1566 saat Turki dipimpin Sultan Sulaiman.

Sejarah Aceh, ujar Reid, sarat dengan ketegangan. Dan itu terus terjadi dan berubah pascabanjir raya (tsunami), beberapa waktu lalu. Sebelum tsunami Aceh tertutup dan terisolasi. Hal ini terjadi karena beberapa sebab yaitu konflik, penutupan Aceh untuk menyelesaikan persoalan serta jarak yang begitu jauh dengan Jakarta.

Namun, ujar sejarawan itu, perkembangan terus bergulir sehingga dari wilayah isolasi tiba-tiba Aceh dibanjiri oleh orang luar negeri. Perubahan ini ada banyak yang ragu bahwa dengan datangnya warga asing membuat Aceh tidak aman.

Kehadiran Reid ke Aceh dalam rangka memimpin sebuah internasional conference yang digelar oleh BRR bekerjasama dengan ARI. Dari konferensi ini diharapkan akan lahir sebuah lembaga penelitian yang cukup berkualitas di Aceh.


Perkembangan

Sementara Rektor Unimal, A Hadi Arifin memaparkan tentang keberadaan Unimal serta hal yang sudah dilakukan selama ini, termasuk menyangkut kerjasama dengan berbagai universitas dalam dan luar negeri.

Kepala Pusat Penelitian Sosial dan Politik Unimal, Iskandar Zulkarnain dan Wakil Kepala, Taufik Abdullah mengatakan, diskusi ini setidaknya memberi pemahaman ulang terhadap keberadaan Aceh dalam percaturan politik nasional, regional maupun sebagai pintu gerbang transaksi global dalam konteks masa lampau, kini maupun di masa mendatang.(swa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar