Muhajir Juli I The Globe Journal
Selasa, 19 Juni 2012 14:50 WIB
Foto: Muhajir Juli | The Globe Journal I Acara bedah buku Aceh: antara cinta dan Keangkuhan |
“Saya menangkap, penulis dalam bukunya juga memaparkan bahwa Indonesia telah menggunakan kekuatan militer sebagai instrumen politik untuk menggelar berbagai jenis operasi di Aceh. Hal inilah yang kemudian telah menghancurkan berbagai sendi kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan agama,”kata Iswadi saat memaparkan hasil bedah yang dia lakukan.
Lain Iswadi lain pula paparan yang disampaikan oleh pembedah lain yaitu Taufik Abdullah,MA, yang merupakan dosen di Fakultas Fisipol Unimal. Dihadapan peserta bedah buku, Taufik menyebutkan bahwa penulisan buku hasil karya Baharuddin belumlah sistematis. Cerita satu ke lainnya masih melompat-lompat.
Taufik juga menilai bila buku tersebut belumlah menjadi kajian akademis yang mendalam. Tapi karya tersebut masuk dalam kategori karya ilmiah populer, karena mengungkapkan fakta yang harus di kaji lebih mendalam.
Baharuddin AR, dalam sambutannya mengatakan, buku yang ditulisnya menceritakan banyak hal. Namun dari semua itu, dapat diambil dua kesimpulan yang di bahas. Yaitu cinta dan keangkuhan. Menurut Baharuddin, bagi orang Aceh, cinta adalah sebuah kekuatan. Belanda dan Jepang bisa dikalahkan oleh orang Aceh, bukan dengan senjata dan kekuatan, tapi dengan cinta.
Pun demikian, dia melihat, akhir –akhir ini, kekuatan cinta itu telah memudar dari sebagian besar orang Aceh. Kondisi terkini, masuk ke masjid saya, sudah tidak lagi mau bertegur sapa, sebab yang dijumpai adalah kelompok yang berseberangan pemahaman dan tidak sependapat.
Bedah buku ini dilaksanakan oleh Bandar Publishing Banda Aceh bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unimus. Mukhlisuddin Ilyas yang merupakan Direktur penerbit tersebut, kepada The Globe Journal mengatakan, bedah buku ini dilaksanakan dalam rangka pameran buku yang direncanakan akan dilaksanakan di seluruh kampus yang ada di Aceh.
Menurutnya, pameran seperti ini seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah, yang merupakan pihak yang bertanggung jawab langsung terhadap upaya peningkatan sumber daya manusia rakyat. Pihak swasta seperti Bandar Publishing hanyalah elemen kecil yang punya kemampuan terbatas.
Sumber :
http://theglobejournal.com/pendidikan/eksistensi-indonesia-di-gugat/index.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar