Senin, 07 Mei 2012

Darussalam Kutuk Pembunuhan Profesor Safwan Idris

Ulama dan Mahasiswa Buat Ikrar Darussalam
Kampus Siap Berjihad

01.30 Wib Jum'at, 13 Oktober 2000

BANDA ACEH-Ribuan mahasiswa dari PTN dan PTS, intelektual, dan tokoh  masyarakat, Kamis (12/10), mengikrarkan jihad untuk melawan musuh-musuh Allah, serta mengkonkretkan sikap netralitas kampus.  Kegiatan yang diberi nama Doa Keprihatinan dan Ikrar Kampus itu juga berhasil merumuskan tujuh sikap yang cukup tajam, terkait dengan situasi Aceh terakhir.

Hadir dalam acara tersebut, Ketua MUI Aceh Dr Tgk H Muslim Ibrahim MA,  Tgk Imam Syuja', Drs Tgk Djailani Idris (abang kandung Safwan Idris), Dr Daniel Djuned MA, H Badruzzaman Ismail, kalangan aktivis, dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya. Spontan saja luas lapangan tugu dalam waktu sekejab dipenuhi oleh ribuan mahasiswa. Suasana mulai terasa sakral ketika ribuan mahasiswa mengumandangkan gema Allahu Akbar, dan shalawat Rasul.

Tgk Muslim Ibrahim MA yang tampil dalam orasi pertama menegaskan tentang keberadaan Kampus Darussalam. Menurut ulama intelektual ini,  Darussalam bermakna daerah aman, dan merupakan jantung hati rakyat  Aceh. Sudah sepantasnyalah semua elemen masyarakat kembali kepada  Darussalam dengan penuh tawadhuk. "Mulai hari ini tidak ada lagi  kekerasan di Kampus. Mari kita renungkan betapapun hebatnya kita,   Allahlah yang menentukan semuanya," kata Dr Tgk Muslim.

Kepada mahasiswa dan seluruh komponen rakyat Aceh, Muslim Ibrahim meminta supaya bersatu padu. Sudah sepantasnya kejadian-kejadian selama ini menjadi pelajaran berharga, dan mahasiswa jangan terpecah belah, katanya.

Dr Daniel Djuned yang tampil sebagai pembicara kedua mengupas masalah keberadaan almarhum Safwan Idris. Menurutnya, Safwan memiliki   kapasitas intelektual yang sangat teruji baik di tingkat nasional maupun internasional. Sedangkan visi yang diusung Safwan untuk IAIN adalah pengembangan lembaga dalam pengadaan SDM. "Cita-cita besar beliau adalah menjadikan IAIN yang terpandang," kata Daniel.

Orasi berikutnya dipaparkan oleh Tgk H Imam Syuja'. Ketua DPW Muhammadiyah Aceh itu mengupas situasi Aceh saat ini. Tidak bisa diprediksi kapan persoalan ini akan berakhir. Untuk mencapai Aceh aman, marilah sama-sama menjaga persaudaraan mulai sekarang, katanya. Soal pembunuhan, pengambilan harta dan sebagainya, Tgk Imam mengatakan, dalam agama Islam perbuatan tersebut sangat dilarang. "Bagi siapa yang melanggar ketentuan Allah maka durhakalah akibatnya,  dan mereka tergolong orang kafir," katanya.

Suasana haru terasa kental ketika abang kandung Safwan Idris, Drs Tgk Djailani Idris, mengupas riwayat singkat tragedi yang menimpa Rektor IAIN itu. Apa pun alasannya, Tgk Djailani yang mengutip ketentuan hukum Allah mengatakan, barangsiapa yang membunuh seorang muslim, maka dia kekal selama-lamanya di dalam neraka. Mereka yang kekal di dalamnya adalah orang kafir, dan orang tersebut musuh Allah. "Yang membunuh Safwan adalah musuh Allah, dan saat ini mereka berada dimana-mana untuk menghabisi tokoh dan ulama Aceh," katanya.

Kepada mahasiswa Djailani berpesan, mengenai penyelesaian persoalan  Aceh, janganlah menyerahkan kepada orang lain. Rakyat saat ini sudah begitu sengsara. Mau mengadu tak tahu harus kemana. Hal itu menunjukkan seolah-olah mereka tidak punya pemimpin. "Semoga rakyat Aceh lewat insan-insan kampus bisa memperhatikan rakyat," tukasnya.

Suasana haru kembali terjadi sewaktu Dr M Gade Ismail MA tampil ke podium. Dengan kata-kata yang tersusun apik, Gade meminta supaya mahasiswa, intelektual, tidak hanya berkumpul seperti sekarang ini, tapi sangat dituntut lebih dari itu. "Bisakah intelektual berkumpul dan melahirkan konsep-konsep yang dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah Aceh. Dan itu menjadi kebutuhan masyarakat," katanya.

Dalam kesempatan tersebut turut juga dibacakan tujuh poin Ikrar Insan Kampus yaitu;
  1. Insan Kampus senantiasa menjaga harkat dan martabat akademik yang sesuai dengan nilai-nilai insaniah dan ilahiyyah.
  2. Setia kepada kebebasan berpikir dan berpendapat sebagai perwujudan dan penghargaan terhadap ilmuwan.
  3. Membina dan mewujudkan dunia pendidikan demi terwujudnya kehidupan manusia yang cerdas adil dan berakhlak.
  4. Membina persatuan dan kesatuan untuk melawan setiap upaya perusakan integritas dan kedaulatan kampus oleh pihak manapun juga.
  5. Berusaha menegakkan kebenaran dan keadilan serta siap berjihat melawan segala bentuk kezhaliman.
  6. Meminta pihak bertikai supaya menempuh cara penyelesaian melalui musyawarah dengan melibatkan semua komponen masyarakat Aceh. Dan memohon hidayat dan inayah Allah SWT semoga kehidupan masyarakat Aceh dapat segera pulih kembali dan dapat mengamalkan Islam secara kaffah.

Selanjutnya dalam pernyataan yang ditandatangani tokoh masyarakat dan mahasiswa juga diikrarkan bahwa insan kampus sebagai masyarakat yang bergelut dalam bidang keilmuwan, tidak akan mau terseret dalam ajang konflik. Insan kampus akan selalu menjaga stabilitas dan netralitas serta menjadi pendorong bagi usaha penyelesaian persoalan masyarakat dengan cara yang logis, manusiawi, serta bertanggung jawab. Ratusan peserta doa bersama itu sempat menitikkan airmata, dan ikut mendoakan Aceh agar segera aman kembali. (swa)
      
Keluarga Akui Sket Wajah Pembunuh Safwan BANDA ACEH-Keluarga almarhum Prof Dr Tgk H Safwa Idris, membenarkan sket wajah tersangka pelaku pembunuhan mantan rektor IAIN itu, seperti disebarkan oleh polisi. Hal itu dikemukakan oleh abang kandungnya, Drs Tgk Djalani Idris di depan ribuan civitas akademika IAIN, Unsyiah, serta sejumlah PTS  lainnya. Djailani mengakui bahwa pihak keluarga masih menunggu siapa dan mengapa Safwan dibunuh. "Gambar yang dipublikasikan media massa tentang pelaku pembunuh tersebut sama persis. Kami sangat ingin menemukan mereka," katanya. 

Ketika Djailani mengulas tentang Tgk Safwan Idris, ribuan hadirin yang tumpah di lapangan Tugu Darussalam terasa hening. Dari raut wajah kalangan intelektual kampus itu sangat terasa bahwa mereka amat tidak rela, dan terpukul atas pembunuhan atas rektor IAIN itu. Menyikapi tragedi tewasnya Prof Tgk H Safwan Idris dan berbagai tragedi yang menimpa rakyat Aceh saat ini, insan kampus mengeluarkan empat poin pernyataan sikap yaitu;
  1. Kepergian Safwan Idris adalah akibat dari adanya kezhaliman di bumi Aceh.
  2. Kami tidak menuduh siapa pelakunya apakah itu TNI/Polri dan GAM, tapi pelakunya adalah musuh-musuh Allah yang saat ini bernaung dimana saja dan dengan warna apa saja.
  3. Kampus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai intelektualitas, moralitas, Akhlak dan silaturrahmi.
  4. Insan kampus sebagai masyarakat yang bergelut dalam bidang keilmuwan tidak akan mau terseret dalam ajang konflik. Insan kampus akan selalu menjaga stabilitas dan netralitas serta menjadi pendorong bagi usaha penyelesaian persoalan masyarakat dengan cara yang logis, manusiawi serta bertanggung jawab. (swa)
Sumber : [INDONESIA-NEWS] Berita SERAMBI 13 Okt 2000. From: indonesia-p@indopubs.com. Date: Thu Oct 12 2000 - 17:22:30 EDT. X-URL: http://www.indomedia.com/serambi/image/201013.htm

   
Pernyataan Sikap Senat Unsyiah
Lindungi Ulama dan Cendekiawan!
   
BANDA ACEH - Senat Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh meminta semua komponen supaya melindungi ulama dan cendekiawan, karena tenaga dan pikiran mereka diperlukan untuk membangun daerah dan bangsa. Selain itu jajaran universitas di tanah air juga diimbau memberikan perhatian kepada pemerintah dalam menyelesaikan kasus Aceh dan kasus-kasus lainnya di Indonesia.

Ketua Senat Unsyiah Prof Dr Dayan Dawood MA bersama sekretaris-nya Prof Drs Abidin Hasyim MSc dalam siaran pers yang diterima Serambi kemarin mengatakan, Senat Unsyiah sebagai suatu badan normatif dari salah satu perguruan tinggi di Darussalam sangat berkeinginan agar konflik berkepanjangan di Aceh dan telah membawa kehancuran agar segera berakhir. Konflik tersebut telah merenggut korban nyawa yang tidak sedikit, baik dari kalangan ulama, cendekiawan, masyarakat, mahasiswa, dan terakhir menimpa Prof Tgk H Safwan Idris MA.

Terhadap kenyataan itu, Senat Unsyiah menyampaikan pernyataan sikap yaitu mengimbau semua pihak agar dapat menghargai hak-hak dasar manusia, antara lain hak dasar atas pendidikan. Karena itu pendidik, anak didik dan fasilitas pendidikan harus tetap terjaga agar proses pendidikan tetap terselenggara dengan baik. Juga diminta untuk menempatkan ulama dan Ilmuwan dalam setiap hati sanubari sebagai pewaris para ambiya yang jadi panutan dan penasihat umat, serta penegak amanah dan ilmu pengetahuan. Karena peradaban dan kemajuan suatu bangsa sangat memerlukan peran ulama, cendekiawan serta pendidik.

Selain itu diharapkan agar memikirkan kehidupan anak-anak, dan berusaha menghentikan konflik yang berkepanjangan, melupakan permusuhan dan pertentangan dengan cara berunding untuk kepentingan dan kemaslahatan yang lebih besar.

Dalam keterangan tambahannya kepada Serambi yang disampaikan melalui telepon dari Medan tadi malam, Dayan Dawood mengatakan, pernyataan sikap Senat Unsyiah itu merupakan ungkapan perasaan dan keluhan segenap civitas akademika. "Kami menyampaikan ini demi terlindunginya akademisi, ilmuwan, dan aktivitas akademik di Aceh pada umumnya, dan lingkungan Unsyiah pada khususnya," ujar Dayan seusai menghadiri penandatanganan MOU antara Unsyiah dengan Universitas Negeri Medan dalam bidang pengembangan ilmu ekonomi dan studi pembangunan (IESP).

Dayan Dawood juga mengatakan, orang-orang yang terlibat dalam perumusan pernyataan sikap Senat Unsyiah itu antara lain Prof Burhanuddin Salim, Prof Abdi Abdul Wahab, Prof Ridwan Ibrahim, Prof Dahlan SH, Prof Amiruddin A Wahab SH, dan Drs Sanusi Wahab.(swa/asi)

Sumber :
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2000/10/12/0034.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar