Kamis, 26 April 2012

Rekomendasi Konferensi dan Seminar Internasional Malikussaleh


REKOMENDASI
Konferensi dan Seminar Internasional
Malikussaleh : Dulu, Kini dan Yang Akan Datang
Tanggal 11-12 Juli 2011 di Gedung ACC Universitas Malikussaleh

Samudera Pasai adalah sebuah Kesultanan Islam yang terletak di wilayah utara pesisir pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Aceh, dahulu dikenal sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara.  Kesultanan Samudera Pasai didirikan oleh Sulthan Malikussaleh pada abad ke 13. Asal kata pasai dari bahasa Parsi yang berarti Tepi, sedangkan Samudera berarti Laut, sehingga diterjemahkan menjadi kesultanan Tepi Laut. 
Kesultanan Pasai merupakan sebagai peletak tamaddun Melayu. Nama asli Sulthan Malikussaleh adalah Meurah Silu, Beliau adalah keturunan dari Suku Iman Empat (Suku Iman Empat atau Sukee Imuem Peuet) adalah sebutan untuk keturunan empat Maharaja/Meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa).

Kegemilangan Kesultanan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan perilaku Sultan Malikussaleh sebagai raja yang shaleh, berani, adil, arif, jujur dan bijaksana. Kepemimpinan Sulthan Malikussaleh mengokohkan “integritas” dan “identitas” ke-Aceh-an dan ke-islaman. Kesultanan Samudera Pasai sebagai “Pusat Pendidikan” dan “Penyebaran Ajaran Islam” ke Nusantara, dan juga sangat berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan; ilmu politik dan pemerintahan, ilmu fiqh, hukum dan ekonomi.

Keberadaan Kesultanan Pasai telah diakui oleh penjelajah dunia, yaitu Marcopolo, Laksamana Cheng Ho dan Ibn Batuthah, sehingga kesultanan Samudera Pasai telah tercatat dan menghiasi berbagai literature dan media dunia. Kesultanan Malikussaleh telah memberi corak peradaban dunia di wilayah timur, karna itu Kesultanan Malikussaleh berhak dijadikan sebagai “World Heritage City”.

Warisan budaya Samudera Pasai memiliki kecerdasan lokal dalam konteks kepempimpinan yang mendorong terjadinya transformasi sosial untuk membentuk masyarakat Aceh yang berpendidikan bertamadun, dan bermarwah. Warisan strategis ini perlu dijaga dan dilestarikan dalam bentuk menjadikannya sebagai salah satu muatan lokal di lembaga-lembaga pendidikan di Aceh. 

Berdasarkan sejarah Kesultanan Samudera Pasai, maka Konferensi dan Seminar ini merekomendasikan beberapa pemikiran penting, sebagai berikut;

  1. Perlu dibentuk tim perumus untuk meneliti, mengkaji dan melestarikan sejarah dan kebudayaan Kesultanan Samudera Pasai secara konfrehensif.
  2. Pemerintah beserta semua elemen berkewajiban memelihara, menjaga, merawat dan melestarikan Situs Kesultanan Samudera Pasai untuk menjadikan Pasai menjadi World Heritage City (Kota Warisan Dunia)
  3. Segera membentuk tim untuk merancang Master Plan Pelestarian dan Pengembangan  situs Sejarah Kebudayaan Kesultanan Samudera Pasai.
  4. Perlu instrumen hukum berupa qanun dalam rangka menggali, melestarikan, mengembangkan dan membangun kembali situs Kesultanan Samudra Pasai untuk menjadi World Heritage City.
  5. Perlu mendirikan Pusat Studi Pemikiran Sejarah dan Kebudayaan Kesultanan Samudera Pasai (Seperti Meuseum, Pustaka dan lain-lain)
  6. Perlu memasukkan Sejarah dan Kebudayaan Kesultanan Samudera Pasai dimasukkan sebagai kurikulum pendidikan mulai dari pendidikan dasar  sampai perguruan tinggi.
  7. Makalah-makalah yang relevan dari Konferensi dan Seminar Malikussaleh  selain dicetak dalam bentuk prosiding, juga perlu diterbitkan dalam bentuk  buku dengan judul; Samudera Pasai:  As The World Heritage City.
  8. Pemerintah perlu menetapkan nama Jalan Malikussaleh mulai dari daerah Dayah Malikusssaleh (Pantonlabu) sampai Krueng Mane dengan nama jalan : “Jalan Sultan Malikussaleh)” 
  9. Pemerintah Aceh dan Pemerintah Indonesia perlu mengusulkan Makam Maikussaleh sebagai Cagar Budaya dan Sejarah Dunia Kepada UNESCO.
  10. Semua pihak mengusahakan agar Pasai menjadi Pusat Peradaban Islam Dunia
  11. Bahasa Melayu yang asalnya dari Pasai perlu mendapatkan pengakuan sebagai salah satu Bahasa Internasional.
  12. Perlu diperingati Milad Malikussaleh setiap tahun.
  13. Pemerintah Aceh dan Pemerintah Indonesia berserta stakeholder harus berkomitmen menyediakan anggaran untuk pembinaan dan pelestarian Sejarah dan Kebudayaan Kesultanan Samudera Pasai
Lhokseumawe, 12 Juli 2011  


Steerring Committee
Dahlan A. Rahman, S.Ag, M.Si (Ketua SC)
Taufik Abdullah,. MA (Sekretaris SC)

Ibrahim Qamarius (Ex Officio)
Prof. Dr. Jamaluddin, MH.M.Hum
Drs.Hafifuddin, M.Ag
Dr. Asnawi, SE, M.Si
Drs. Aiyub M. Diah
Rusydi Abubakar, SE, M.Si
Al-Husaini M. Daud, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar